Selasa, 06 Mei 2014

Cara Membuat Okonomiyaki

bala-bala khas Jepang
Okonomiyaki itu kalau di Indonesia semacam bala-bala kali yah… J hheheeee
kalau di Indonesia, bala-bala isinya kol, wortel sama bawang-bawangan dan di balut tepung, lain halnya dengan Jepang, makanan yang diberi nama “ Okonomiyaki “ ini berisikan irisan kol yang diberi tepung tanpa air, diberi daging (mau itu daging ayam, sapi, keju, dll sesuai selera) dan diberi telur.


Bahan-bahan yang dibutuhkan:
a.       Tepung terigu
b.      Kol
c.       Telur
d.      Keju
e.       Daging (ayam/ sapi) yang di iris tipis agar mudah matang
f.       Saus khusus okonomiyaki dan mayonnaise

Cara membuat adonan:
Iris-iris kecil kol (setelah dicuci dengan air) sebanyak yang diinginkan. 
Lalu masukkan kedalam mangkuk yang berukuran besar,
Masukkan tepung dan telur secukupnya.
Aduk hingga rata.

Cara memasak:
Panaskan frying pan yang telah diberi sedikit minyak.
Setelah panas, masukkan adonan kedalam frying pan lalu ratakan hingga mencapai ketebalan yang diinginkan.
Setelah itu taruh daging dan keju secara acak diatas adonan. 
taruh keju atau daging-dagingan lain sesuai keinginan anda

Lalu balikkan adonan setelah sisi yang satu mulai berubah warna menjadi kecoklatan.
Setelah matang, okonomiyaki masih diatas frying pan, tuangkan saus khusus okonomiyaki dan mayonnaise.

Sajikan diatas piring, potong-potong sesuai selera, dan okonomiyaki siap disantap.




Sekolah…

Siswa TK di Indonesia
Sekolah adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi didengar. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia meskipun dikatakan dalam berbagai macam bahasa.
Sekolah pada umumnya (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah) adalah tempat didikan bagi anak-anak. Tujuan dari sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/ murid dibawah pengawasan guru.
Namun, apakah sekolah hanya akan menjadi tempat mengajar bagi guru dan pelajar hanya diajarkan saja? Itu hanyalah sebuah hal yang membosankan, bukan?
Siswa TK di Jepang
Menurut saya, sekolah itu bukan hanya tempat anak-anak belajar tetapi juga mengajar. Karena ilmu tidak hanya didapat dari hasil membuka buku-buku pelajaran, melainkan tempat guru-guru belajar tentang bagaimana mengajarkan suatu hal kepada anak didiknya yang tentunya memiliki berbagai macam karakter.
Sekolah adalah tempat dimana guru dan murid belajar dari satu sama lain. Belajar berteman, belajar bersosialisasi, juga belajar mengetahui karakter-karakter dari setiap orang yang berbeda. Sekolah bukan hanya sebuah lembaga yang dirancang untuk siswa dan diawasi oleh guru. Justru para pengajarnya pun memerlukan pengawasan agar kualitas dari proses belajar mengajarnya itu membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan baik para guru dan orang tua selaku orang-orang yang berperan sebagai pendorong siswa, khususnya bagi para pelajar itu sendiri.
Jika kita bandingkan system sekolah yang ada di Indonesia dengan system yang diterapkan di sekolah di Jepang, akan sangat terlihat sekali perbedaannya.
Kita ambil contoh Taman Kanak-kanak yang ada di tanah air dengan Taman Kanak-kanak yang ada di negeri sakura.
1.      Di Indonesia, siswa TK berumur 4-6 tahun. Sedangkan untuk anak yang masih berumur dibawah 4 tahun, biasanya para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah khusus yang disebut Playgroup. Di TK pembagian kelas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu TK nol kecil dan TK nol besar.
Sedangkan di Jepang, TK diperuntukkan bagi anak usia 0-5 tahun. Kelasnya disesuaikan dengan usia masing-masing anak, dengan kegiatan yang tentunya berbeda-beda. Karena di Jepang memiliki huruf khusus yang biasa kita kenal dengan Kana dan Kanji, maka pada usia 5 tahun, biasanya anak-anak tersebut mulai diajari tentang huruf kana (hiragana dan katakana). Setelah memasuki Sekolah Dasar barulah mereka mendapatkan pengajaran untuk menulis kanji.
2.      Di Negara ini, anak-anak masih saja dimanjakan dengan hal-hal yang tidak membuat mereka menjadi seorang yang mandiri. Dapat kita lihat bagaimana gigihnya para ibu mengantar anaknya ke sekolah dan dengan setia menunggu sang anak hingga bel pulang sekolah berbunyi. Jika kita renungkan, untuk apakah para ibu tersebut melakukan hal itu? Apakah tidak ada kegiatan yang dilakukan lagi dirumah? Atau memang iseng?
Padahal yang dilakukan oleh para orang tua ketika menunggu anaknya pulang sekolah, hanya sebatas berbincang dengan sesama orang tua, malahan bergosip serta berpamer-pamer saja.
Sebaiknya para orang tua mulai memikirkan bagaimana cara membimbing anaknya menjadi anak yang mandiri sejak dini. Karena anak harus selalu siap dengan saat dimana mereka tidak bisa selamanya didampingi oleh orang tuanya.
Berbeda halnya dengan taman kanak-kanak di Jepang yang memang menyediakan sekolah untuk usia dini, dikarenakan kedua orang tuanya bekerja, sehingga bisa dikatakan bahwa Taman Kanak-kanak di Jepang adalah tempat penitipan anak. Tetapi tidak semua yang masuk ke TK karena orang tuanya sibuk bekerja. Tetapi sebagai sebuah proses belajar mencari teman, bersosialisasi, serta mengasah keterampilan dan kemampuan anak sejak dini.

Selasa, 29 April 2014

Bahasa Jepang sama dengan Bahasa Sunda?

Aksara Sunda
Bahasa sunda adalah sebuah bahasa dari cabang melayu-polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa sunda hampir dituturkan diseluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari wilayah kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, dan sebagian kawasan Jakarta juga sebagian wilayah lainnya di Indonesia. Dalam bahasa Sunda terdapat dialek yang mana setiap daerahnya memiliki perbedaan,  yaitu dialek Sunda-Banten, dialek Sunda-Jawa Tengahan yang tercampur  bahasa Jawa.
Dialek ini dibedakan menjadi 6, yaitu:
1.      Dialek Barat ( Bahasa Banten)
2.      Dialek Utara
3.      Dialek Selatan (Priangan)
4.      Dialek Tengah Timur
5.      Dialek Timur Laut (termasuk bahasa Sunda Cirebon)
6.      Dialek tenggara
aksara Jepang
Sama halnya dengan bahasa Sunda, Dialek dalam bahasa Jepang (方言 hōgen) adalah variasi bahasa Jepang yang berbeda-beda menurut pemakai dan daerahnya diJepang. Bahasa Jepang yang menjadi lingua franca di Jepang disebut hyōjungo (標準語 (bahasa Jepang Standar) atau kyōtsūgo(共通語 (bahasa umum) yang awalnya didasarkan pada dialek Tokyo. Dalam bahasa Jepang, dialek disebut -ben (), sehingga dikenal sebutan Osaka-ben (大阪弁) (dialek Osaka)Nagoya-ben 名古屋弁 (dialek Nagoya), dan sebagainya. Selain disebut Kyoto-ben, dialek Kyoto secara khusus disebut Kyo-kotoba (京言葉). 
Berbeda dari bahasa Jepang Standar, dialek-dialek bahasa Jepang menggunakan kosakata, ekspresi, aksen, dan intonasi yang khas dari suatu daerah tersebut. Berbeda dari dialek Tokyo yang menjadi dasar bahasa Jepang Standar, dialek-dialek bahasa Jepang lainnya sering mendapat pandangan negatif, mulai dari "bahasa orang desa yang tidak berpendidikan", "medok", hingga "bahasa hancur". Ada pula dialek bahasa Jepang yang dinilai "kotor", sedangkan dialek lainnya dianggap "bernilai tinggi".
Dialek-dialek yang terdapat di negeri sakura ini, terbagi menjadi beberapa bagian bergantung pada prefektur nya masing-masing, antara lain:
1. Jepang Timur, meliputi Dialek Hokaido, Dialek Tohoku, Dialek Kanto, Dialek Tookai-Toosan.
2. Jepang Barat, meliputi Dialek Hokuriku, Dialek Kansai, Dialek Chuugoku, Dialek Shikoku, Dialek Umpake.
3. Kyushu, meliputi Dialek Hoonichi, Dialek Hichiku, Dialek Satsuguu.
4. dan Kepulauan Ryukyu.

Kamis, 09 Januari 2014

Keluarga Kedua



Menurut pengertian sempitnya keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga)
Menurut saya keluarga tidak hanya yang memiliki hubungan darah. Karena, ketika kita harus meninggalkan keluarga sendiri di kampung halaman dan pindah ke suatu tempat. Maka di sana akan tercipta sebuah kelompok kecil dari lingkungan baru tersebut, lalu menciptakan suasana yang apabila telah terjalin bertahun-tahun akan seperti berada di lingkungan kampung halaman sendiri.
Pengalaman saya pribadi setelah berada di kota Bandung, keluarga kedua saya adalah teman-teman kelas yang saya miliki di perguruan tinggi tempat saya belajar saat ini.
Bersama kawan-kawan seperjuangan ini saya bisa mencurahkan segala yang memang saya ingin lakukan. Bersama mereka, bercanda sudah bukan hal yang akan menyakiti hati satu sama lain karena kami sedikit banyak sudah memahami karakter dari masing-masing orang di kelas. walau terkadang beradaptasi bagi keseluruhan mengerti sifat masing-masing setiap anggota kelas tidak sejalan dengan harapan.
Ketika berada di kampus, momen-momen selalu saja tercipta secara tidak disengaja. baik itu dari gurauan maupun berupa photo-photo "alay" seperti gambar yang ada di atas. Selain hal-hal konyol yang dilakukan di kampus, kami juga mengadakan tour kecil-kecilan. Seperti pergi ke rumah salah seorang teman dan disana kami bermain uno, masak-masak, makan bersama, seperti biasa tidak terlupakan ' saling meledek'. Karena menurut saya, di kelas saya itu semakin mengejek semakin erat hubungan kekeluargaannya.
Dari hal-hal kecil yang saya rasakan ketika berada diantara kawan-kawan seperjuangan itu, saya benar benar merasakan kehangatan seperti saya sedang berada diantara kumpulan kakak adik di kampung halaman saya sendiri. Sayangnya, mereka tidak selalu ada 24 jam di samping saya seperti ketika saya sedang berada di kampung halaman saya. Tetapi, saat saya benar-benar membutuhkan kehadiran mereka, mereka selalu menemani saya walau sebatas dunia maya.
Seperti saat ini, ketika di tempat saya membuat cerita ini saya sendirian, beberapa kawan saya tetap setia menemani melalui chat di salah satu aplikasi internet,
Saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung karena saya dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda karakter namun mampu bersatu menjadi sebuah keluarga baru walaupun dalam kasus ini hubungan keluarga yang terjalin bukan karena ikatan darah melainkan ikatan yang setiap detiknya terangkai dan saya berharap ikatan ini semakin lama semakin kuat sehingga walaupun sudah berpisah, saya dan kawan-kawan ini tetap menjadi satu keluarga yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu.

aamiin ...

Minggu, 29 Desember 2013

Dimulai dari hal kecil

jalan tol di Jepang
Jalan tol adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Bukan hanya di negara maju, di beberapa daerah di Indonesia juga sudah memiliki fasilitas jalan tol. Kebayakan jalan tol ini di bangun di kota-kota besar, contohnya Ibu kota Jakarta. Jalan tol di setiap negara tentunya memiliki peraturan lalu lintas yang berbeda. Disini saya akan sedikit membandingkan bagaimana keadaan jalan tol di tanah air tercinta, dengan keadaan jalan tol di negeri sakura.

1. Jalan tol yang seharusnya menjadi jalan bebas hambatan dari macetnya lalu lintas ibu kota, belum sesuai dengan sebutannya untuk daerah-daerah tertentu. Karena pengguna jalan tol di Indonesia diperkirakan lebih banyak di bandingkan negeri sakura yang mana jalan tol memang menjadi satu-satunya jalan alternatif bebas macet serta alternatif agar waktu yang di gunakan untuk mencapai suatu tempat menjadi singkat.

2. Jalan tol di negeri sakura ini ternyata memakai penyadap suara. Sehingga suara-suara yang di timbulkan dari kendaraan tidak akan menyakiti telinga baik bagi pengguna lain maupun pemilik kendaraan. Bukan hanya digunakan di jalan tol, tetapi penyadap suara juga di gunakan di setiap jalan di seluruh daerah di negeri matahari ini.

3. Bahayanya mengambil barang yang tak sengaja dijatuhkan dari kendaraan ketika di jalan tol oleh pengguna jalan, akan sangat dirasakan di negara kita ini. Kebiasaan para pengguna jalan di tanah air kita, yaitu selalu seenaknya menggunakan fasilitas tanpa mengindahkan peraturan yang ada. Padahal, peraturan lalu lintas diadakan demi menjaga keselamatan bersama. Di negeri yang memiliki 4 musim ini, jika pengguna kendaraan menjatuhkan benda berharga, ataupun hanya sebuah korek api, jika kita membutuhkannya, kita hanya tinggal menelpon ke bagian pengelola jalan ( kalau di Indonesia : jasa marga ), mengatakan dimana benta terjatuh, lalu memberi tahu dimana alamat kita, maka petugas akan mengantar barang tersebut ke tempat tinggal kita.

Negara maju selalu memperhatikan hal-hal kecil yang di negara kita, hal kecil tersebut bisa dikatakan tidak dilirik oleh sebagian besar warganya. Sehingga peraturan-peraturan besar yang diberlakukanpun bisa jadi hanya sekedar dilihat tetapi tidak dijalankan. Baik oleh masyarakat maupun para pembuat peraturan tersebut.
Jadi, kapankah tanah air tercinta kita ini mampu menyelaraskan diri, meskipun dari hal kecil yang sesungguhnya mampu membuat perubahan besar?
Itulah PR para penerus bangsa yang sudah seharusnya memikirkan bagaimana negara kita beberapa tahun mendatang.